I.
KEPRIBADIAN
DAN NILAI
Kepribadian
itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah
definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan
pengukurannya. MAY mengartikan keperibadian sebagai “Personalitiy is a social
stimus value”. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain.
Jadi bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian kita
Kepribadian
adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Schiffman & Kanuk , 2000).
Berdasarkan definisi ini maka bisa disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah
karakter-karakter internal termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat,
tindakan yang membedakannya dengan orang lain..Kepribadian bisa dijelaskan
dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi,
ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Dalam
kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan
energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan
kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah seseorang
yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut
mengalir energi-energi negatif yang terhadap paradigma dalam menghadapi
tantangan dan cobaan kehidupan.
Secara
praktis konsep kepribadian dapat didifinisikan sebagai seperangkat pola
perasaan, pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon konsumen
untuk berbagai situasi.
Pola ini
memiliki beberapa ciri khas yaitu :
- Mencerminkan perbedaan individu
kepribadian
merupakan kombinasi pemikiran, perasaan dan perilaku, maka kepribadian
seseorang tidak akan pernah sama dengan yang lain sekalipun anak kembar.
Sehingga setiap konsumen tidak akam memberikan respon yang sama untuk setiap
stimuli pemasaran yang di sediakan konsumen. Bagi manajer pemasaran,
kepribadian dapat digunakan sebagai acuan untuk membagi pasar dalam beberapa
kelompok.
- Konsisten
kepribadian
memiliki keteraturan dan keseragaman perilaku. Intinya seseorang bertindak
dengan cara yang sama untuk berbagai situasi yang berbeda. Meskipun kepribadian
bersifat jangka panjang, namun perilaku yang Nampak dapat bervariasi karena
adanya pengaruh lingkungan, social budaya, psokologis dan situasional. Hal ini
wajar karena kepribadian hanyalah satu dari sekian banyak factor yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
- Psikologis dan Fisiologis
Kepribadian
adalah konsep psikologis, namun para peneliti berpendapat bahwa kepribadian
juga dipengaruhi oleh proses biologis dan kebutuhan manusia.
- Akibat dari perilaku
Kepribadian
tidak saja mempengaruhi bagaimana cara konsumen bertindak dan merespon
lingkungan tetapi juga cara mana yang digunakan.
- Kepribadian dapat berubah
Dalam
beberapa situasi yang signifikan kepribadian dapat berubah. Seorang perempuan
yang baru melahirkan anaknya akan mengalami perubahan kepribadian dari seorang
gadis menjadi seorang ibu. Namun demikian perubahan kepribadian ini akan
berjalan bertahap.
- Kepribadian berinteraksi dengan
situasi
Misalnya
dalam situasi pembelian (pemenuhan kebutuhan), orang yang dogmatic tidak akan
seberani orang yang inovatif dalam membeli produk baru. Sampai sekarang masih
ada juga orang yang fanatic pada produk dari Negara tertentu yang dipandang
sebagai Negara berteknologi tinggi dan memproduksi produk-produk yang
berkualitas.
Personality
seseorang, ditentukan oleh tiga hal yang saling mendukung satu sama lain, dan
merupakan satu kesatuan,yakni :
· Genetik.Keturunan
· Lingkungan,
mulai dari budaya, lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan.
· Situasi,
kepribadian seseorang bisa berubah pada situasi-situasi tertentu.
Menurut Renee Baron dan Elizabeth
Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu
1.
Perfeksionis
Orang
dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki
diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
2.
Penolong
Tipe kedua
dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan
positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
3.
Pengejar Prestasi
Para
pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang
produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
4. Romantis
Orang tipe
romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan
makna hidup, dan menghindari citra
5.
Pengamat
Orang tipe
ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam
semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari
kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6.
Pencemas
Orang tipe
6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa
diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7. Petualang
Tipe 7
termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal
menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
8.
Pejuang
Tipe
pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat,
memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9. Pendamai
Para
pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan
orang lain dan menghindari konflik.Kepribadian adalah organisasi yang dinamis
dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungannya secara unik.Kepribadian bisa dijelaskan dengan menggunakan
ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan
bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi.
Dalam batasan kepribadian yang dikemukakan di
atas ada 4 hal yang perlu diuraikan yakni :
1. Dinamis, berarti kepribadian selalu
berubah. Perubahan ini digerakkan oleh tenaga-tenaga dari dalam diri individu
yang ebrsangkutan, akan tetapi perubahan tersebut tetap berada dalam
batas-batas bentuk polanya.
2. Organisasi system, ini mengandung
pengertian bahwa kepribadian itu merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
3. Psikofisis, ini berarti tidak hanya
bersifat fisik dan juga tidak hanya bersifat psikis tetapi merupakan gabungan
dari kedua sifat tersebut.
4. Unik, berarti kepribadian antara individu yang satu dengan yang
lain tidak ada yang sama.
Kepribadian memiliki banyak segi dan
salah satunya adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja
konsep diri actual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda
dengan konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep
diri orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya).
Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap
daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep
diri pembeli.
Dimensi kepribadian :
1. Ekstraversi
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang
senang bergaul dan banyak bicara dan tegas.
2. Sifat menyenangkan
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang
baik hati, kooperatif dan mempercayai.
3. Sifat mendengarkan kata hati
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang
bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun dan berorientasi prestasi
4. Kemantapan emosional
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan seseorang yang
tenang, bergairah,terjamin (positif), lawan tegang, gelisah,murung dan tak
kokoh (negative).
5. Keterbukaan terhadap pengalaman
suatu dimensi kepribadian yang emncirikan seseorang yang
imajinatif, secara artistic peka dan intelektual.
II.
GAYA HIDUP
Gaya
hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang
iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Gaya hidup
menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan
bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang
pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri
sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang
ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan
citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.
Plummer
(1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh
bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia
sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup
adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan,
dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler
dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah
perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu
banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang
misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain
sebagainya.
Menurut
Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang
mengarah pada upaya memelihara kondisi fisikfisik, mental dan social berada
dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan,
pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol,
berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku
sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk
mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari
kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan
kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya
Hidup
Menurut
pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat
dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih
lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor
internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri,
motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :
a.Sikap.
Sikap
berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan
tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan
mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b.Pengalaman dan pengamatan.
Pengalaman
dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat
diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui
belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial
akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
c.Kepribadian.
Kepribadian
adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan
perbedaan perilaku dari setiap individu.
d.Konsep diri.
Faktor
lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah
menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara
konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya
akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari
pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi
permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang
menjadi awal perilaku.
e. Motif.
Perilaku
individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan
terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang
terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang
cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f. Persepsi.
Persepsi adalah proses dimana
seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk
suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003)
sebagai berikut :
a. Kelompok referensi.
Kelompok referensi
adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah
kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,
sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana
individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh
tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
b. Keluarga.
Keluarga memegang
peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal
ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak
langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial.
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan
jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan
tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas
dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial
artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha
yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
d. Kebudayaan.
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola
pikir, merasakan dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam
(internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap,
pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi.
Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial,
dan kebudayaan. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya
dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer
mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada
pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas
mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.
Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain,
sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di
mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan
image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan
dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Fenomena ini pokok pangkalnya adalah
stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial yang terdiri lapisan-lapisan :
v dari lapisan teratas
sampai lapisan terbawah.
v Dalam struktur
masyarakat modern,
v status sosial
haruslah diperjuangkan (achieved)
v dan bukannya karena
diberi atau berdasarkan garis keturunan (ascribed).
Selayaknya status sosial merupakan
penghargaan masyarakat atas prestasi yang dicapai oleh seseorang. Jika
seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu, ia layak di tempatkan pada
lapisan tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang diharapkan mempunyai
kesempatan yang sama untuk meraih prestasi, dan melahirkan kompetisi untuk
meraihnya.